Suasana saat pembelian tiket di Patak Banteng |
Tempat Pembelian Tiket di Patak Banteng, Gunung Prau
Akhirnya sampai juga di Patak Banteng. Suasana saat itu sangat ramai, maklum long weekend.
Setelah panitia beli tiketnya, kami langsung jalan. Saat itu kurang lebih jam 13.30 siang. Begini lah gambaran perjalanan kami mendaki Gunung Prau.
Setelah panitia beli tiketnya, kami langsung jalan. Saat itu kurang lebih jam 13.30 siang. Begini lah gambaran perjalanan kami mendaki Gunung Prau.
Menunggu dengan panitia dari MDPL, Arin dan Gani |
Tanjakan pertama berupa tangga ini, cukup tinggi dan cukup menguras tenaga |
Menuju Pos Pertama, masih banyak yang jual makanan & minuman. Saya, Jamal & Anggi |
Pos Pertama Gunung Prau, Sikut Dewo
Akhirnya sampai juga di Pos Pertama jam 14.00. Jadi jarak
antara loket dan Pos pertama kurang lebih 30 menit jalan kaki. Di pos pertama
ini tiket yang sudah kami beli diperiksa oleh petugas sebelum naik keatas.
di Pos Pertama udah mulai ngos-ngosan, tetep smile ajaa.. Saya & Ari |
Pos Kedua Gunung Prau, Canggul Walangan
Dari Pos Pertama sampai Pos kedua jalanan masih "lumayan" landai. Di kiri kanan pemandangannya indah sekali.
Sebelum Pos dua juga ada warung yang menjual makanan & minuman.
Sampai di Pos II Canggul Walangan 14.30. Jarak Pos Pertama
dan Pos Kedua 30 menit jalan kaki. Setelah pos dua ini nafas saya ngos-ngosan,
berat bangett. Ngambil nafasnya susah banget, mungkin karena persiapan latihan
fisik saya kurang. Saya cuma sempat lari dua kali sebelum mendaki dan itu
sepertinya ngga cukup.
Istirahat dulu di Pos Dua dengan temen-teman, Deni, Ricky, Firman, Jamal, Ari |
Papan Pos Dua Canggul Walangan |
Pemandangan dari Pos Dua |
Tapi karena saya menikmati banget perjalanannya, saya tetep
semangat ditemani dengan teman-teman lainnya yang juga ngasih semangat.
Perjalanan ke atas ini saya bener-bener dipandu sama temen saya Den Chebonk.
Pos Ketiga Gunung Prau, Cacingan
Sampai di Pos III Cacingan jam 15.30. Hahaha karena stamina
mulai menurun, kecepatan jalannya juga mulai melambat. Jarak Pos 2 dan Pos 3
buat saya 60 menit jalan kaki. Satu jam nih padahal mungkin bisa lebih cepat kalau untuk yang lain,
hehehe.
Jalan Menuju Pos Tiga Gunung Prau |
Di pos 3 ini saya istirahat sebentar karena sudah ngos-ngosan.
Pos Tiga Gunung Prau |
Ternyata Pos 3 itu bukan Puncak Gunung Prau lho. Kalau mau
sampe puncak Gunung Prau masih harus mendaki lagi. Dan medannya cukup terjal dengan
kemiringan nyaris 90 derajat. Cukup bikin nyiut nyali saya dan terpaksa
merangkak aja daripada kalau diri gemeteran.
Istirahat di tangga sebelum Puncak Prau |
Puncak Gunung Prau
Setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan dan
menguras tenaga. Sampai juga di Puncak Gunung Prau jam 16.30. Jarak dari pos
III dan Puncak Gunung Prau bagi saya 1 jam mendaki, hehehe. Padahal klo ditarik
garis lurus sih dekat. Karena saya kebanyakan berhenti, gemeteran, ngambil
nafas, jadinya satu jam deh.
Sampai di Puncak Prau, saat itu belum hujan. Alhamdulillah |
Sesampainya di Puncak Prau saya duduk-duduk sebentar. Untung teman saya Firman datang dan menawarkan bantuan untuk membawakan carrier sampai tempat ngumpul. Alhamdulillah, makasih Firman.
Perjalanan ternyata belum berakhir. Karena puncak
Prau penuh, kami nyari tempat untuk ngecamp lebih jauh lagi. Dan ketika nyari
tempat malah hujan turun. Brrrr.. dinginn. Untung udah sempet mendirikan satu
tenda, jadi yang cewe-cewe masuk tenda dulu deh.
Teman-teman yang laki-laki mendirikan
tenda lain supaya cukup untuk kami ber 17 orang. Di tenda saya cuma bisa berdoa semoga hujan
berhenti Ya Allah. Sudah dingin padahal belum malam. Saat itu saya sangat paranoid dengan yang namanya hipotermia. Ngeri aja gitu kalau hujan di gunung.
Alhamdulillah sebelum matahari terbenam hujan sudah berhenti,
tapi ya tetep saja dingin. Saya beres-beres carrier di tenda, ngelap-ngelap
rembesan air dan istirahat di sleeping bag. Saat itu saya kebagian tenda berdua
sama Fina dan ternyata klo di tenda cuma berdua saja malemnya pasti
dingiiin banget.
Menjelang jam 7 malam, temen2 panitia bikin masakan, saya
takut aja nih klo saya makan banyak trus sakit perut, buang air besarnya
dimana? Kalau buang air kecil di gunung kayanya ngga bisa ditahan deh. Daripada
sakit kalau ditahan mending cari caranya aja. Malam itu saya merasa mau buang air
kecil, yaudah ngajak teman-teman cewe yang lainnya. Kami nyari semak-semak yang
agak jauh dari tenda dan bawa tissue basah.
Karena saya baca kalau pakai batu harus tiga kali
dibersihkan, jadi saya pikir kalau pakai
tissue basah juga harus tiga lembar tissue basah. Ngga cukup satu. Jangan lupa juga
bawa plastik untuk tempat sampah tissue kotor. Karena sampah harus dibawa turun
lagi kebawah, jangan dibuang di gunung.
Malam itu saya ngga mau makan nasi, cukup jahe anget aja dan
cemilan coklat. Saya takut nanti malah kepengen buang air besar kan lebih
repot. Ngeri aja gitu kalau ngga bisa nahan buang air besar dan Alhamdulillah
selama saya di gunung saya ngga kepengen buang air besar, hehehe.
Malam itu hujan ngga turun dan langit sangat cerah. Kami
semua bisa melihat milky way di atas kami. Hamparan bintang yang berkelap-kelip
dengan gugusan bima sakti yang indah banget. Sayang kamera HP saya ngga bisa
merekam fenomena malam itu. Mungkin kalau pakai kamera DLSR bisa nangkep
foto bintang di angkasa.
Dan malam itu saya sangat sangat kedinginan. Padahal kata
temen-temen suhu dimalam itu belum mencapai 0 derajat, pokoknya masih dibawah 10
derajat celcius. Wuiidiihh, saya akhirnya pake semua baju yang saya bawa,
tumpuk-tumpuk gitu deh, tapi tetep aja dingin. Yang salah ya jaket saya ngga
waterproof (masih agak basah kena hujan waktu sore), ngga windproof dan terbuat
dari katun. Udah deh dingin banget sampai saya banyak-banyak berdoa malam itu.
Malam itu walaupun mengginggil saya paksakan tidur, karena
besok masih butuh stamina untuk turun gunung.
Sabtu, 16 Mei 2015 Menikmati Sunrise di Gunung Prau
Jam setengah 5 pagi diluar sudah ramai sekali. Banyak suara
kaki melangkah di sekitar tenda kami. Rupanya orang-orang sudah bersiap-siap menyambut
sunrise. Saya pun langsung bangun. Udara yang masih sangat dingin ditambah
hembusan angin sempat membuat saya ingin kembali lagi ke tenda dan meringkuk di
dalam sleeping bag. Tapi kemudian saya abaikan rasa dingin yang menyerang,
pokoknya banyakin gerak dan kadang sarung tangan saya buka. Supaya saya lebih
mudah beradaptasi dengan suhu dan hembusan anginnya. Walaupun sebenarnya
kedinginan, tetap smile saja. Apalagi teman-teman juga sangat bersemangat
menyambut sunrise.
Ketika matahari menyembul perlahan, riuh terdengar orang
yang bertepuk tangan. Ramai seperti di pasar. Pagi itu Gunung Prau penuh dengan
manusia. Hampir semuanya yang ada disana tak melewatkan kesempatan itu
mengambil foto ataupun berselfie ria. Seperti tak ada habisnya, seperti tak ada
puasnya. Kami semua mengambil banyak sekali foto dengan segala momennya. Takut
ada yang terlewat.
Saya memandangi matahari yang baru terbit dengan perasaan
takjub. Garis jingga yang pertama nampak, kemudian bulatan kuning perlahan
terlihat. Senyum saya merekah dan air mata saya menetes. Terharu karena saat
itu adalah pertama kalinya saya melihat sunrise di atas gunung. Tak
henti-hentinya saya mengucap syukur dan memuji kebesaran-Nya, Subhanallah.
Kalau saya menengok ke sebelah kanan arah matahari, akan
terlihat 6 gugusan gunung yang berdiri dengan kokohnya. Menunjukan betapa
besarnya alam dan betapa kerdilnya kita, manusia. Saya begitu takjub memandangi
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Indah sekali dan besar sekali. Memandangi lautan
awan yang terhampar disekeliling, rasanya tak ingin selesai dengan pemandangan
seperti itu.
Mumpung di gunung, kesempatan untuk foto kata-kata mutiara juga tidak saya lewatkan. Ini beberapa kata mutiara milik saya & teman-teman.
Kertas-kertas ini kami bawa pulang kembali lho. Jadi ngga kami buang di gunung. Kalau di gunung jangan buang sampah sembarangan. Termasuk kertas kata mutiara juga harus kita bawa turun kembali.
Matahari mulai tinggi dan sinarnya mulai panas. Setelah
cukup puas menikmati sunrise, jam 06.15 kami kembali ke tenda. Saya merapikan
carrier dan teman-teman panitia memasak.
Saya sempat memfoto Bukit Teletubbies di Puncak Gunung Prau, tempat kami ngecamp.
Ini tempat kami ber 17 ngecamp. Tenda saya dan Fina yang berwarna merah |
Saya sempat terpikir untuk mengambil foto di tempat yang
tidak ramai orang dan akhirnya saya berjalan agak jauh dari tenda dan menemukan
spot untuk foto yang lebih bagus. Sebelum berjalan agak jauh saya sudah
mengingatkan diri saya sendiri rute jalan yang saya ambil, agar nanti ketika
kembali ke tenda tidak bingung.
Pemandangan di tempat terpencil Gunung Prau |
Memandang Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro dari kejauhan |
Bunga Daisy di Puncak Gunung Prau |
Sampai kurang lebih jam 9 pagi saya asyik berfoto dan
memutuskan kembali ke tenda. Ternyata sudah ada sarapan, yaudah saya makan
sepotong bakwan dan sedikit nasi untuk mengganjal perut.
Ternyata ada teman-teman yang masih ingin foto-foto, yaudah
balik lagi ke atas bukit dan foto-foto, hehehe.
Kurang lebih jam 11 siang, setelah terlebih dahulu doa
bersama, kami siap-siap turun gunung. Sebelum turun gunung foto bersama dulu,
hehehe.
Foto bareng dengan Team MDPL |
See You Again Gunung Prau 2.625 mdpl |
Bersambung ke Part III disini (Gunung Prau Part III)
0 comments:
Post a Comment